Pada awal berdirinya, sekolah ini bernama SMU Negeri Cibiru, yang merupakan kelas jauh dari SMU Negeri 24 Bandung. Mulai aktif menyelenggarakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan kondisi bangunan yang belum sempurna pada awal tahun ajaran 1998/1999. Sekolah mulai berjalan dengan 4 rombongan belajar, yang diberi nama kelas 1-9, 1-10, 1-11, dan 1-12, di bawah pimpinan Drs. Mamad Nahri sebagai Pymt. Kepala dan Drs. Ahmad Sofyan sebagai Plh. Kepala.

Sejalan dengan penyempurnaan fisik sekolah dan pergantian Kepala SMUN 24, kepemimpinan pun berganti. Sejak bulan April 1999 Pymt. Kepala kini dijabat oleh Drs. Djedje Djaenudin. Pada masa inilah, tepatnya tanggal 19 April 1999 di Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, sekolah ini menerima Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 001a/O/1999 tentang Pembukaan dan Penegerian Sekolah Tahun Pelajaran 1997/1998 tertanggal 5 Januari 1999. Sejak saat itu, sekolah ini berdiri dengan nama SMU Negeri 26 Bandung. Inilah sebabnya, tanggal 19 April disebut sebagai tanggal berdirinya SMAN 26 Bandung. Namun tahun berdiri sekolah tetap disepakati tahun 1998.

Sejak September 1999, SMUN 26 Bandung dipimpin oleh Dra. Rita H. Abdulkadir, M. Ed. Penyempurnaan fisik dan peraturan sekolah terus berlanjut, meningkat ke arah yang lebih baik. Pada masa kepemimpinannya, terjadi banyak hal penting, di antaranya: 13 program yang dikenal dengan nama Hidden Curriculum mulai diluncurkan, pembangunan masjid, pembatasan masa jabatan wakil kepala sekolah (hanya 2 tahun), menjadikan SMUN 26 Bandung daerah tanpa asap (berlaku untuk siswa, guru, tata usaha, dan tamu) serta pembangunan satu lokal kelas baru yang murni hasil swadaya orang tua siswa.

12 Maret 2002, kepemimpinan berganti. SMAN 26 Bandung dipimpin oleh Drs. Wardoyo. Mengawali kepemimpinannya, SMAN 26 dihadapkan dengan sebuah program besar bernama “Sekolah Pelaksana Terbatas Kurikulum Berbasis Kompetensi” yang ternyata berakhir bersamaan dengan berakhirnya kepemimpinan Drs. Wardoyo. Program tersebut membuat SMAN 26 “meng-Indonesia”. SMAN 26 mulai diperhitungkan. Tamu yang berkunjung dalam rangka studi banding, bukan saja dari kota Bandung, melainkan level Jawa Barat, level Pulau Jawa, bahkan dari Sumatra, Sulawesi dan Belitung.

Perubahan fisik sekolah selama kepemimpinannya sangat terasa. Ada yang berasal dari bantuan orang tua, ada yang berasal dari pemerintah pusat melalui Bantuan Imbal Swadaya Direktorat Pendidikan Menengah Umum, dari Dinas Pendidikan Kota Bandung, serta Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, sehingga ruang kelas bertambah 11 lokal, laboratorium IPA bertambah 1 lokal, para wakil kepala sekolah mendapat ruang yang proporsional, ruang BK menjadi lebih proporsional, ruang perpustakaan menjadi lebih proporsional, ruang OSIS menjadi lebih proporsional, lantai kelas berubah menjadi keramik. Dalam bidang Teknologi Informasi, SMAN 26 mendapat banyak perubahan karena komputer tersebar di: laboratorium komputer, ruang Kepala sekolah, ruang kerja guru, ruang wakil kepala sekolah, bahkan di Tata Usaha hampir tiap meja ada komputernya. Media pendukung multi media juga dilengkapi: laptop, proyektor, dan OHP, serta koneksi internet.

Dalam bidang membaca, lahirlah kegiatan yang disebut sebagaiPesona Kijang Membaca dan majalah “Duanam” pada masa kepemimpinannya. Dalam pembelajaran, pada masa kepemimpinannya SMAN 26 merasakan kenyamanan belajar hanya pagi hari, apalagi 5 hari belajar. Guru, karyawan, siswa, dan orang tua siswa terkena dampak yang luar biasa dari kebijakan ini.

Sejak 29 Maret 2005 hingga Maret 2012, SMAN 26 Bandung dipimpin oleh Drs. Yayat Ruchiyat. Pada awal kepemimpinannya, SMAN 26 mendapat Bantuan Imbal Swadaya untuk pembangunan 2 ruang kelas baru dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Pada awal semester 2 tahun pelajaran 2005-2006, lahirlah Ruang Audio Visual dengan kondisi yang belum memadai. Ruang Audio Visual menjadi lebih memadai dengan diterimanya Block Grant TIK dari Direktorat Pendidikan Menengah Umum pada tahun pelajaran 2006-2007. Dengan Block Grant tersebut, seluruh ruang kantor telah terhubung dalam Local Area Network (LAN) dan internet.

Hal baru pada masa kepemimpinannya adalah kewajiban siswa untuk menggunakan seragam muslim pada hari Jumat, keberadaan ruang Multi Media yang dapat digunakan sebagai laboratorium bahasa dan penataan kantin sekolah.

Kepala SMAN 26 Bandung kembali berganti pada 22 Maret 2012. Di SMAN 26 Bandung hadir kembali Drs. Dedi Suryadi, guru SMAN 24 Bandung yang diangkat menjadi kepala SMAN 26 Bandung. Dikatakan hadir kembali karena dia adalah salah seorang perintis berdirinya SMAN 26 Bandung ketika mulai dibuka sebagai kelas jauh dari SMAN 24 Bandung.

Kepemimpinan kembali berganti dengan hadirnya Drs. H. Warya Aris Purnama, guru SMAN 24 Bandung yang diangkat menjadi Kepala SMAN 26 Bandung. Pada masa kepemimpinannya, kondisi bangunan lama (di bagian depan sekolah) direnovasi dan dipersiapkan untuk 2 lantai.

Setelah kepemimpinan Drs. H. Warya Aris berakhir karena rotasi ke SMAN 25 Bandung, SMAN 26 Bandung dipimpin oleh H. Solihin, M.Pd. yang mulai bertugas sejak Agustus 2017. Pada masa kepemimpinannya, seluruh bangunan lama (bagian depan) telah berubah menjadi 2 lantai. Mebelair kelas pun mengalami peremajaan. Prestasi besar adalah melakukan renovasi besar Mesjid Nurul Ilmi yang penggunaannya diresmikan oleh Wakil Gubernur Jawa Barat – H. Uu Ruzhanul Ulum

Setelah kepemimpinan H. Solihin, M.Pd. berakhir karena rotasi ke SMAN 12 Bandung, SMAN 26 Bandung dipimpin kembali oleh Drs. H. Warya Aris yang mulai bertugas sejak Agustus 2020.

Setelah kepemimpinan Drs. H. Warya Aris berakhir karena pensiun, SMAN 26 Bandung dipimpin oleh Dani Wardani, M.M sebagai Plt. yang mulai bertugas sejak Agustus 2021.

Sekarang, SMAN 26 Bandung dipimpin oleh Lia Aprilina, S.Pd., M.Pd. sejak 6 Desember 2021